Kamis, 29 Juli 2010

Ngaben Ngerit di Desa Kepaon Denpasar

Ngaben massal atau lebih sering dikenal dengan istilah "Ngaben Ngerit" telah populer dari tahun 1966. Jalan ini diambil agar pelaksanaan Yadnya menjadi lebih ringan. Kali ini saya kebetulan dapat meliput ngaben ngerit di desa Kepaon Denpasar yang dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Juli 2010. Ngaben ngerit kali ini adalah kali pertamanya saya saksikan, karena di denpasar masih jarang dilakukan ngaben ngerit. Berikut ada beberapa foto yang berhasil saya abadikan, semoga dapat dinikmati.
ini merupakan salah satu sawa yang ikut dalam pengabenan massal ini, dari info yang saya dapat ada sekitaran 50 sawa yang ikut dalam upacara ngaben ngerit ini, terbayangkan betapa ramainya suasana kuburan saat itu.

 Sarana upakaranya pun sangat banyak, ini merupakan salah satu sarana upakara yang sering disebut dengan banten. Berjejer rapi dan sangat banyak sampai meja tempat menaruh banten ini penuh.



Setelah upakara pada sawa tersebut tuntas, baik itu pemberian tirta dan semua keperluannya, maka tiap-tiap sawa lalu dibakar hingga menyisakan tulang dan abu. Api begitu berkobar pada saat itu karena kurang lebih sekitaran 50 sawa dibakar bersamaan. Mata pun tak tertahankan mengeluarkan air mata karena terkena asap yang begitu melepuh.

ini adalah salah satu sisa tulang tengkorak yang sedang di bakar. Peristiwa ngaben selalu mengingatkan kepada saya kelak suatu saat akan kembali kepada Sang Pencipta tinggal menunggu antrian saja seperti di loket pembelian tiket.



di sela-sela menunggu selesai pembakaran saya iseng mengamati beberapa ekspresi orang-orang di sekitar tempat tersebut. Hidup memang terus berputar seperti roda, kelahiran-kematian, masa anak-anak-masa tua. Demikian seterusnya hingga pada akhir ujung jaman.


Setelah upacara pembakaran selesai dilanjutkan dengan prosesi pengambilan sisa-sisa abu dan tulang untuk kemudian akan dihanyutkan ke pantai.

Alunan tembang kekidungan pun selalu menyertai di tiap upacara yadnya. Begitu merdu dan metaksu hingga suasana menjadi tenang.

Setelah selesai digunakan, sarana-sarana upacara pun ikut dibakar. Pada saat pembakaran ini banyak orang-orang yang berteriak karena tiba-tiba api begitu membesar.

 Ternyata sisi lain dari upacara ini ada juga yang mendapat  berkah dan rejeki, baik itu para pedagang, hingga bapak satu ini. Mari kita belajar dan ambil positif dari beliau, tidak pernah gengsi dan malu, karena ingatlah "Rejeki ada dimana-mana" tergantung kita dapat melihat celah dan berusaha.


 
ini adalah prosesi Pengayutan, yaitu prosesi pembuangan abu ke laut, agar tubuh kasar dapat menyatu dengan alam. ini mungkin adalah penganyutan terbesar karena diikuti begitu banyak peserta, tak ketinggalan ada beberapa wanita yang ikut untuk nganyut ke tengah Pantai Benoa ini. Demikan beberapa foto-foto saya, mohon maaf jika kurang berkesan dan kata-katanya sangat berantakan,hehehehe 
semoga dapat dinikmati.






0 komentar:

Posting Komentar